Anomali Kampus Islam : Injil Dibiarkan, Al-Islam Dilarang ?

Sabtu, 30/11/2013 21:51:36 | Shodiq Ramadhan | Dibaca : 98


Injil yang dibagikan secara gratis dari sebuah stand milik pihak Kristen dalam Milad Fakultas Ushuluddin ke-51 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Surat terbuka untuk Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Minggu ini, sejak Senin 25 November 2013, UIN Jakarta mengadakan Milad Fakultas Ushuludin ke -51. Dalam milad tersebut diadakan beberapa agenda acara, salah satunya pameran agama – agama dan dialog antaragama. Pameran tersebut mengundang berbagai agama di antaranya Kristen, Hindu, Konghucu, dan Islam.


Adanya acara tersebut mengundang banyak tanda tanya karena Fakultas Ushuludin yang sedianya menjadi fakultas pengemban dakwah Islam malah mengundang agama – agama lain untuk mendakwahkan agama mereka kepada para mahasiswa UIN. Standar dari itu semua, tidak lain adalah ide pluralisme yang menganggap semua agama adalah sama – sama benar. Padahal, Jelas – jelas ide pluralisme agama bertentangan dengan konsep tauhid ataupun syahadat dalam Islam sehingga bukanlah dialog antaragama yang harusnya dilakukan tetapi mendakwahkan Islam kepada semua umat manusia.Tak pelak lagi, hal ini menambah ikon kontroversial yang selama ini sering disematkan pada Fakultas Ushuludin dengan beragam ide bernuansa sepilisnya (Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme).


Adanya pameran agama – agama itu barangkali untuk mengenalkan mahasiswa – mahasiswa tersebut tentang agama lain agar bisa bertoleransi dengan pemeluk agama lain. Namun sayangnya tidak dibarengi dengan pemahaman Islam yang baik agar mahasiswa mampu memahami secara obyektif sesuai dengan pandangan hidup Islam. Pada akhirnya, pameran agama ini pun tanpa ragu dimanfaatkan oleh pihak agama lain untuk menyebarkan agamanya secara leluasa kepada para mahasiswa.


Di salah satu stand tersebut, tepatnya di stand agama Kristen. Mereka tanpa sungkan membagi-bagikan paket berupa Al Kitab (Injil), Komik Kristen, Mazmur, dan buku Kristen kepada para mahasiswa yang mengunjungi stand tersebut dengan terlebih dahulu didakwahi agama Kristen. Tak pelak lagi, hal itu merupakan misi ‘Kristenisasi’ terselubung di balik isu pluralisme dan dialog antaragama. Namun, anehnya pihak kampus, selaku kampus Islam memfasilitasi hal tersebut.


Di sisi lain, sekitar dua bulan lalu, seorang sahabat kami yang menyebarkan buletin Jumat Al-Islam di Masjid Al Jamiah (Masjid dalam Kampus UIN), dilarang oleh pihak rektorat dengan alasan yang tak jelas bahwa UIN tidak ingin ada organisasi luar menyebarkan opini dalam kampus. Padahal jelas – jelas buletin Al Islam merupakan buletin yang menyebarkan ide – ide tentang Islam dan sama sekali tidak bertentangan dengan kampus UIN sebagai Universitas Islam, apalagi penyebaran buletin itu gratis tanpa mengambil dana dari UIN seperpun, namun dilarang untuk disebarkan.


Beberapa kali, pihak dari buletin Al-Islam tersebut berusaha mendatangi pihak rektorat untuk mendapatkan konfrimasi dan penjelasan secara jelas mengenai hal tersebut, namun selalu saja sulit untuk ditemui dengan beragam alasan.


Ironis memang, penyebaran ide – ide Islam melalui buletin Al-Islam dilarang namun disisi lain membolehkan pemeluk agama lain membuka stand dan menyebarkan agama mereka di kampus Islam ini. Melihat hal ini, kami merasa sangat iba dengan kondisi kampus kami yang tercinta ini. Muncullah pertanyaan, apa yang salah dengan isi buletin Al-Islam? Kalaulah ide dalam Al-Islam dianggap radikal, kenapa ide – ide lain, semisal ide Sosialisme, Liberalisme, Pluralisme, Komunisme, bahkan Kristen menyebar dengan leluasa di kampus kita?


Itulah sebagian fakta yang terjadi di kampus kami, sebuah kampus Islam negeri yang seringkali dibangga-banggakan oleh banyak orang. Karena itu, kami selaku bagian dari civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah merasa terpanggil untuk mengingatkan pihak rektorat agar senantiasa adil dan memandang segalanya dari pandangan hidup Islam sehingga tak mudah terpengaruh iming-iming pihak diluar Islam untuk mengintervensi kampus UIN dengan paham – paham di luar Islam.


Padahal, kami berharap kampus kami seperti apa yang para pembesar kampus selama ini agung – agungkan dengan moto “Knowledge , Piety, Integrity” (Pengetahuan, Keshalehan, dan Integritas) yang selalu tertera di logo UIN ataupun “Integrasi Ilmu” dengan seharusnya menamkan akidah, pengetahuan dan integritas dalam benak mahasiswa UIN.


Apalagi, UIN berharap menjadi “Window of Excellence of Islam in Indonesia” atau Jendela Keunggulan Akademis Islam di Indonesia. Menjadi Jendela Keunggulan akademik Islam seharusnya tak bisa lepas dari Worldview Islam dalam memandang segala hal.


Dengan itu, seharusnya kampus UIN menjadi benteng penjaga akidah umat bukan malah merusaknya, menjadi referensi pemikiran – pemikiran Islam yang berlandaskan Alquran dan Sunnah, juga mampu menjawab paham asing yang bertentangan dengan Islam. Namun, sudahkah itu dilakukan? atau justru sebaliknya?



MW Abdurahman

Hanif Ansharullah

Febri

Firman M


Baca Juga



  • Menyikapi Keragaman Kelompok dan Gerakan Islam pada Abad ini


Source: http://www.suara-islam.com/read/index/9150



0 Response to "Anomali Kampus Islam : Injil Dibiarkan, Al-Islam Dilarang ?"

Posting Komentar

Bagaimana menurut kamu??? hmmmmmmmm @_^;