Islam Mancanegara
Ahad 16 Syaaban 1435 / 15 Juni 2014 16:47
Oleh : Raidah Athirah
Aku dan Sang Penyair
Oboje są przekonani,
że połączyło ich uczucie nagłe.
Piękna jest taka pewność,
ale niepewność piękniejsza.
(Sang Penyair)
Keduanya sama meyakini,
bahwa sebuah gelombang emosi telah mengikat mereka.
Keindahan adalah sebuah kepastian
tapi ketidakpastian, ia jauh lebih indah
(Wislawa Szymborska)
Kami t’lah yakin pada langkah disini
bukanlah gelombang emosi
Langkah terikat kuat
Kuat mengikat ,kami sama meyakini
Kami tak gamang dengan ketidakpastian
Ia cahaya munajat pada Ilahi
(Aku Sang Perantau)
***
LOT Polish Airlines mungkin tak setenar Emirates. Burung besi milik Uni Emirat itu telah terkenal seantero dunia. Namun, memoriku tak pernah lupa tentang maskapai milik negeri Wislawa Szymborska tentang ‘Cinta Pada Pandangan Pertama’ . Ia menjadi mesin waktu yang mengantarku pada serangkain cerita.Warsawa,Jablonna, Serock, Gdansk, Ostroleka, Legionowo. Nama-nama yang kelak tertulis dalam kumpulan cerita. Berkisah tentang warna empat musim penuh kenangan.
Ini kali pertama aku memandang langit empat musim dari jendela kaca pesawat. Lebih lama.Lebih dalam. Luasnya seperti maskapai Garuda milik negeriku yang baru saja aku tinggalkan. Aku duduk berdampingan bersama lelaki asing yang kelak dipanggil Abu Aisha. Menyambut malam yang panjang di musim ini.
Langit saat itu hanya berwarna abu-abu. Wajahnya bergelayut mendung. Tak tahu pasti kapan mendung ini akan sirna. Ketidakpastian telah mengantarkanku pada keindahan yang lain, harapan kepada cahaya iman .Allah Tuhan Yang Maha Mengabulkan harapan.
Siapa bercakap perihal masa lalu, masa kini ,dan masa akan datang tak saling bertaut? Perjalanan ini telah menjadi bukti bahwa kisah demi kisah bertaut di empat musim. Terhempas ke labirin masa lalu. Berjalan di masa kini. Dan melangkah lurus mengikuti garis takdir ke masa depan.
Memori punya keindahan yang lain. Walau peristiwa ini telah berlalu, ia tetap tinggal dalam pikiran. Penggalannya mengundang tawa. Sudut-sudut kenangan menyimpan perjuangan .Aku bergerak mundur ke lorong waktu.
Negeri tropis telah kutinggal. Tak tahu kapan kesempatan akan membawaku mengunjungi rahim ibuku. Tak tentu pula bagaimana rasa akan berdamai tanpa hangatnya mentari pagi. Aku baru saja duduk di kursi pesawat Lot Polish Airlines, namun rasaku kini terbelah. Aku mulai dirasuki rasa rindu. Ragaku duduk nyaman di kursi pesawat, tetapi anganku berlari kembali ke rahim negeri,Indonesia.
*****
Telingaku menangkap suara gemuruh mesin. Kaki-kaki burung besi berancang-ancang seperti hendak berlari. Suara asing dari sang pengemudi Lot Polish Airlines mengabarkan dalam kata-kata negerinya bahwa sebentar lagi pesawat akan lepas landas.
Pramugara berjalan ke tempat duduk yang berhadapan dengan penumpang. Pandanganku tepat menangkap sosok wanita cantik. Pramugari itu duduk dalam garis horizontal bersama kami. Tiba-tiba aku merasakan dorongan mesin yang kuat. Bunyi roda menggelinding. Dan, Maha Suci Allah!, tak terasa pesawat telah naik. Mengangkasa. Membelah kabut musim dingin.
Aku merasakan tubuhku seperti melayang mengikuti sebuah proses mendebarkan, mengangkasa. Aku melayang, tanganku memegang erat sandaran tangan yang berada di kedua sisi kursi.
Aku berada di dalamnya,dalam dendang suara mesin yang kini perlahan-lahan timbul-tenggelam. Pesawat terus menanjak. Menembus kabut putih yang seakan-akan terlihat abu-abu dalam pandangan. Sesekali pesawat ini berbelok. Menanjak kembali ke garis angkasa. Aaah! Ia seperti memainkan rasa. Terkadang melangkah naik. Tak diduga iapun bergerak turun. Tak perlu percaya. Itu hanya permainan rasa. Maha Suci Allah Yang Maha Perkasa.
BERSAMBUNG
Redaktur: Saad Saefullah
Source: http://ift.tt/1qgQ97K
Category: frontpage
0 Response to "Pandangan Pertama di Warsaw Chopin Airport (1)"
Posting Komentar
Bagaimana menurut kamu??? hmmmmmmmm @_^;