Bajaj (atau di luar Indonesia dikenal dengan sebutan Tuk-tuk) adalah kendaraan yang sering ditemui di Thailand, beberapa wilayah Indonesia, dan juga Asia Tenggara secara keseluruhan. Kendaraan ini, selain menjadi alat transportasi, juga memiliki daya tarik tersendiri bagi turis asing. Sayangnya, bajaj umumnya membuat polusi yang sangat buruk. Tapi, di Thailand, ada startup yang ingin mengubah fakta tersebut.
TukTuk Factory adalah pabrik asal Thailand yang memproduksi bajaj ini. Meskipun tidak secanggih bajaj yang dilengkapi dengan GPS dan supir yang berseragam yang pernah kita lihat tahun lalu, mereka memproduksi sesuatu yang unik: bajaj yang sepenuhnya menggunakan tenaga listrik dan nol emisi.
Berawal dari proyek kuliah
Meskipun berasal dari Bangkok, perusahaan ini didirikan oleh seorang warga negara Belanda, Dennis Harte, yang sudah tinggal di Bangkok selama tiga tahun. Bajaj listrik ini sebenarnya adalah proyek akhir kuliahnya ketika mengambil gelar MSc (Master of Science) di jurusan Industrial Design Engineering di Delft University of Technology di Belanda.
Sebagai bagian dari proyek tersebut, timnya memulai dengan mencabut mesin dan tangki bensin yang ada di bajaj dan menggantinya dengan mesin listrik, mekanisme isi ulang, dan baterai. Perlu tenaga tiga orang teknisi untuk membuat satu bajaj, jadi awalnya, proyek ini tampaknya tidak bisa menjadi bisnis nyata. Tapi kemudian, Dennis memutuskan untuk mencari mitra baru di Thailand dan China untuk mewujudkan proyek bajaj listrik ini. Saat itulah TukTuk Factory berdiri. Produk bajaj listrik ini sendiri diberi nama E-Tuk.
Sekarang startup ini memproduksi bajaj listrik sesuai dengan pesanan. Pemesan bisa mendesain bajaj mereka sendiri menggunakan situs konfigurasi khusus yang menyediakan berbagai pilihan warna dan model bajaj. Sejauh ini, tim TukTuk Factory sudah menjual lebih dari 150 bajaj listrik ke pelanggan dari berbagai negara di berbagai penjuru dunia, termasuk Greenland.
Menembus pasar Eropa
Bajaj ini tidak hanya bisa melewati kemacetan di jalan-jalan di Asia Tenggara. Tim TukTuk Factory mengatakan bahwa beberapa bajaj mereka juga digunakan sebagai mobil golf di sebuah resort, properti untuk pernikahan, dan kendaraan di kota-kota seperti Berlin, Roma, dan Paris. Pembeli E-Tuk di Zurich suka menggunakan kursinya yang hangat untuk melawan dingin di Swiss. Masyarakat Belanda yang menyukai sepeda bahkan sejauh ini sudah memesan 55 E-Tuk.
Jika baterainya penuh, bajaj ini bisa berjalan sejauh 70 kilometer sebelum kehabisan tenaga, sementara kecepatan maksimalnya adalah 50 kilometer per jam. Tentu saja itu juga tergantung dari cara pengemudinya berkendara. Jika baterainya habis, bajaj ini harus diisi dengan listrik 220 volt selama 12 jam. Tapi karena TukTuk Factory juga menyediakan beberapa pilihan charger, waktu pengisian ulang baterainya bisa dipersingkat menjadi enam sampai delapan jam tergantung dari jenis charger-nya.
Perusahaan ini menggunakan baterai konvensional yang sering digunakan di mobil golf untuk E-Tuk mereka. Meskipun terbilang berat, baterai ini mudah didapat di mana saja di seluruh dunia, sehingga pemeliharaan bajaj bisa menjadi lebih mudah. Dennis menganggap ini adalah solusi pemeliharaan yang paling mudah untuk saat ini.
Dennis tahu bahwa bajaj listrik-nya tiga kali lipat lebih mahal daripada bajaj biasa di Thailand. Itu menjelaskan mengapa pesanan bajaj ini banyak datang dari luar negeri, bukan Bangkok yang menjadi asal perusahaan ini. Tapi, ia melihat bahwa dalam jangka panjang, selain membantu mengurangi polusi, bajaj listrik ini lebih hemat ongkos dan biaya pemeliharaannya tidak akan mahal dan terus menerus.
Bisnis startup ini cenderung musiman, dimana pesanan banyak datang di bulan Desember sampai Februari seiring dengan banyaknya pemesan yang ingin bersiap-siap untuk aktivitas liburan musim panas.
TukTuk Factory sekarang punya 22 pegawai, dan 12 di antaranya berada di Thailand untuk memproduksi bajaj. Meskipun Eropa tampaknya adalah pasar utama untuk perusahaan ini, Dennis juga ingin memasukkan E-Tuk ke pasar Australia.
Catatan editor: Di Indonesia sendiri, bajaj listrik pertama kali hadir secara publik di pertengahan tahun 2013 lalu, dimana perusahaan asal Swedia Clean Motion akan memproduksi bajaj listrik mereka, Zbee, di Indonesia di bulan Agustus 2013. Pabrik Zbee dibuka di Jawa Timur dengan kapasitas produksi 100.000 unit per tahun, serta diproyeksikan akan menggantikan peran bajaj tradisional di Jakarta. Tapi, setelah peluncurannya tersebut, belum ada kabar apa-apa dari Zbee.
(Diedit oleh Yasser Paragian)
Source: http://id.berita.yahoo.com/tuktuk-factory-buat-bajaj-jadi-menyenangkan-dan-bebas-041505450.html
via HeniPutra.Net http://heniputra.net/tuktuk-factory-buat-bajaj-jadi-menyenangkan-dan-bebas-polusi.html
0 Response to "TukTuk Factory buat bajaj jadi menyenangkan dan bebas polusi"
Posting Komentar
Bagaimana menurut kamu??? hmmmmmmmm @_^;