Kisah FlyData: Meski kehilangan founder, startup ini bertahan dan akhirnya sukses

flydata

Didirikan pada tahun 2011, FlyData (sebelumnya dikenal sebagai Hapyrus) adalah startup Jepang yang berbasis di Silicon Valley yang membuat penyimpanan big data pada cloud menjadi sesuatu yang mungkin terjadi.


Meski data warehouse seperti Amazon Redshift mengaku mudah digunakan, menurut founder FlyData, Fujikawa, mengirim data ke sana tidak mudah. Daripada membuang-buang waktu dengan gangguan tersebut, FlyData menjanjikan analis data yang bisa memindahkan dan menganalisa data mereka dengan mulus dan terus menerus di cloud.


Peluncuran Amazon Redshift pada tahun 2012 bukan hanya menjadi sebuah gebrakan besar bagi Amazon Web Services, tapi juga merupakan titik balik bagi Fujikawa dan timnya. Masa depan startup ini tampak menjanjikan sekarang, meski hanya sekitar dua tahun yang lalu masa depan mereka tidak terlihat bagus.


Kehilangan founder


Pada tahun 2011, sebelum ke Silicon Valley, Fujikawa memperoleh pendanaan USD 680.000 dari investor terkemuka seperti 500 Startups, CyberAgent Ventures, dan founder perusahaan game Jepang DeNA. FlyData juga merupakan bagian dari angkatan ketiga program akselerator milik 500 Startups.


Dengan uang dan keyakinan yang besar, FlyData membangun produk pertama yang memudahkan analis data untuk meneliti big data menggunakan Hadoop, sebuah middleware open source. Namun, rencana tersebut tidak berjalan dengan baik. Silicon Valley memiliki terlalu banyak startup yang bisa melakukan hal yang sama dan lebih baik. Persaingan ini membuat tim FlyData frustrasi dan produknya tidak mendapatkan traksi.


FlyData dimulai dengan dua founder dan satu karyawan. Tapi seiring memburuknya situasi, perusahaan ini akhirnya ditinggalkan satu founder-nya. Rekan Fujikawa memutuskan untuk keluar dan meninggalkan perusahaan. Merasa putus asa, investor Fujikawa memintanya untuk tetap fokus dan tidak pernah menyerah pada mimpinya. Ia mengatakan:


Saat itu, kondisinya sangat buruk. Untungnya, kami memiliki investor yang sangat mendukung kami untuk terus maju. Kami tidak menyerah dan terus bekerja sangat keras. Kami bertahan.


Kehadiran Amazon Redshift


Pada tahun 2012, Amazon meluncurkan Amazon Redshift, data warehouse yang membantu perusahaan menghemat biaya dengan menyediakan cara yang murah dan efisien untuk menyimpan dan menganalisa data. Sebuah perusahaan yang menggunakan Amazon Redshift bisa menghemat sekitar “sepersepuluh biaya yang biasanya dihabiskan di solusi data warehouse tradisional lainnya.”


Redshift membuka mata Fujikawa dan yakin bahwa ini akan menjadi sesuatu yang besar di dunia big data. Sayangnya, ia tidak bisa menggunakan Redshift karena daftar tunggunya yang panjang akibat banyaknya perusahaan yang ingin menggunakannya.


Untungnya, keberuntungan datang menghampiri FlyData. Pada Januari 2013, seorang karyawan AWS mengunjungi 500 Startups. Fujikawa dengan antusias menunjukkan FlyData yang membuatnya mendapatkan akses awal ke Redshift. Saat Fujikawa menggunakan Redshift, ia menguji dan menemukan bahwa Redshift 10 kali lebih baik dari Hadoop. Ia mengatakan:


Redshift sangatlah revolusioner. Tetapi memiliki satu masalah. Sulit untuk memindahkan dan mengirim data dan kami memutuskan untuk memecahkan masalah ini. Pengalaman masa lalu sebagai teknisi dan firasat saya mengatakan kepada saya untuk fokus pada Redshift. Ternyata ini keputusan yang benar yang membuat startup kami berjalan.


Pada Februari 2013, Amazon Redshift secara resmi diluncurkan. Di saatbanyak teknisi data dan ilmuwan tidak tahu tentang Redshift, Fujikawa sudah sangat memahami Redshift. Untuk menandai otoritas dan keahliannya, Fujikawa merilis sebuah benchmark deck yang menjelaskan mengapa Amazon Redshift 10 kali lebih cepat dan lebih murah daripada Hadoop dan Hive.


Deck tersebut menjadi viral di Hackernews dan menarik perhatian Amazon. Fujikawa terus merilis benchmark desk yang membantu teknisi data lebih memahami Redshift. Langkah itu menempatkan FlyData di peta global.


Ketika ditanya tentang pesaing, Fujikawa mengklaim bahwa pesaingnya (yang sebagian besar perusahaan publik) tidak bisa mengejar karena FlyData lebih kecil, gesit, dan terfokus. “Kami fokus dan membuat diri kami ahli dalam bidang ini, sementara perusahaan-perusahaan tradisional yang lebih besar berusaha untuk mengejar ketertinggalan,” katanya.


Pada Juni 2013, FlyData menerima pendanaan tahap awal putaran kedua sebesar USD 925.000 yang dipimpin oleh salah satu investor Jepang, Nissay Capital. Pada bulan yang sama, FlyData juga secara resmi meluncurkan layanannya. Hanya dalam waktu enam bulan, FlyData sudah melayani 40 pelanggan yang membayar. Sebagian besar klien FlyData berada di industri media, game, atau e-commerce .


Dana tambahan ini juga memungkinkan FlyData merekrut karyawan berbakat. Salah satunya adalah Daniel Saito, seorang mantan eksekutif MySQLdan SkySQL. Saito menjelaskan alasannya bergabung di FlyData:


Fujikawa dan FlyData mengingatkan saya pada hari-hari awal saya di MySQL dan SkySQL. Ini adalah waktu yang menarik untuk bergabung dengan perusahaan ini. Saya percaya kami siap untuk bertumbuh secara global.


Source: http://id.berita.yahoo.com/kisah-flydata-meski-kehilangan-founder-startup-ini-bertahan-033053264.html






via HeniPutra.Net http://heniputra.net/kisah-flydata-meski-kehilangan-founder-startup-ini-bertahan-dan-akhirnya-sukses.html

0 Response to "Kisah FlyData: Meski kehilangan founder, startup ini bertahan dan akhirnya sukses"

Posting Komentar

Bagaimana menurut kamu??? hmmmmmmmm @_^;