Di Indonesia, ada banyak startup yang founder-nya pernah bekerja di perusahaan Silicon Valley. Jadi, ketika kami bertemu dengan salah satunya, kami pasti akan memperhatikannya. Kali ini, startup yang kami maksud adalah Bornevia, sebuah startup helpdesk berbasis web yang membantu perusahaan menghadapi kesulitan dalam menangani customer support secara online.
Startup ini sendiri saat ini masih dalam tahap beta. Tim Bornevia menjelaskan bahwa situs ini adalah “sebuah CRM customer support dengan direktori kontak yang terintegrasi dan sistem manajemen tiket.“ Dengan Bornevia, pengguna bisa mengintegrasikan media sosial mereka dengan akun email dan menangani interaksi dengan pelanggan mereka di sana.
Pengguna bisa memasang status untuk tiap interaksi, apakah interaksi itu sudah selesai, atau masih sedang ditangani. Tugas-tugas tersebut juga bisa di-share dan didelegasikan ke pengguna lain. Anda juga bisa melihat catatan interaksi sebelumnya antara pengguna dan helper.
Dua orang yang berada di balik startup ini adalah Benny Tjia dan Tjiu Suryanto. Benny pernah kuliah di University of Michigan dan Stanford dan kemudian bekerja di Yammer sebagai teknisi software, dan kemudian bekerja di Astra Internasional di Jakarta.
Kedua founder ini merasa bahwa peluang di pasar CRM di Asia Pasifik masih sangat besar, dan karena itulah mereka membuat Bornevia. Keduanya sudah memperoleh dana awal dari angel investor untuk mendanai operasi mereka saat ini.
Benny menyebutkan Desk, Help Scout, dan Zendesk sebagai pesaingnya. Ia mengklaim bahwa Bornevia punya harga yang lebih baik dan juga punya fitur tradisional yang bisa menjadi faktor kunci yang membedakannya dengan pesaing.
Strategi lain yang dijalankan tim Bornevia adalah membuat Bornevia menjadi “versi sangat sederhana dari Zendesk”. Benny menjelaskan:
[Di Zendesk] terdapat SLA, Macros, dan beberapa fitur rumit lain yang sebenarnya tidak begitu penting atau bisa digunakan dalam alur kerja yang lebih sederhana. Kami hanya fokus pada satu hal: menangani permintaan pelanggan secepat mungkin dan berusaha mengurangi waktu respon yang dibutuhkan.
Beberapa fitur yang akan muncul di Bornevia antara lain platform chatting yang memungkinkan pengguna dan pengunjung berkomunikasi secara real-time, dan juga pengkategorian folder oleh pengguna, serta channel.
Beberapa pengguna beta Bornevia berasal dari Indonesia, India, Afrika Selatan, Kanada, dan Amerika Serikat. Saat ini Bornevia bisa digunakan secara gratis dengan fitur yang terbatas. Tapi mereka akan segera membuka versi unlimited dengan harga USD 12 (Rp 140.000) untuk tiap pengguna per bulan.
Startup Indonesia lain yang juga dikembangkan oleh alumni Silicon Valley adalah Shopious.
Source: http://ift.tt/1avpQCd
via HeniPutra.Net http://ift.tt/1j8bR7D
0 Response to "Demi membuat software customer support impian, kedua orang ini kembali dari Amerika Serikat"
Posting Komentar
Bagaimana menurut kamu??? hmmmmmmmm @_^;