AJI: Bisnis internet harus untungkan konten lokal


MERDEKA.COM. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) meminta pemerintah untuk membangun infrastruktur internet, agar akses terhadap informasi masyarakat bisa merata.


“Infrastruktur Indonesia buruk. Akses adalah hal yang paling penting, orang yang punya akses memiliki kompetisi global,” kata pengurus AJI, Heru Margianto dalam paparan tata kelola Internet yang di gelar AJI, di Jakarta, Kamis (16/1).


Dia mengatakan ada berbagai persoalan dalam tata kelola internet di Indonesia, mulai konten, bisnis dan infrastruktur. Dalam bisnis, yang terjadi saat ini, antara media online nasional tidak saling berkompetisi yang terjadi adalah media online Indonesia bersaing pemain global. “Kue iklan yang didapat oleh konten lokal hanya 30 persen,” katanya.


Indonesia saat ini tercatat sebagai pengakses Internet yang paling getol mencari informasi. Dari 10 pengakses, enam di antaranya merupakan pencari informasi. Sedikit lebih tinggi dari Filipina (66,77 persen) dan Malaysia (64,53 persen). Soal pencarian informasi ini, angka pertumbuhan pengakses untuk media berita lokal mencapai 20,56 persen. Sementara untuk media berbahasa Inggris 18,35 persen. Untuk Januari, Effective Measure menemukan ada 6.915.360 unique browsing untuk media berita.


AJI menilai saat ini yang terjadi adalah pangkal penyebab penyebaran informasi yang timpang dan Jakarta-sentris disebabkan infrastruktur internet di Indonesia buruk dan belum merata.


“Jangankan di seluruh wilayah Indonesia, untuk di Pulau Jawa saja akses Internet yang andal masih belum merata. Jangankan untuk mengunggah konten, untuk mendapatkan akses Internet di luar Jakarta masih sulit dan mahal.”


Padahal, lanjut Heru, Indonesia memiliki lebih dari 300 penyedia jasa Internet atau ISP (Munk School of Globa Affairs, 2013). Masalahnya, layanan penyelenggara jasa internet itu belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia. “Memang tidak sederhana membangun insfrastruktur jaringan internet atas wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan,” katanya.


Dari laporan teranyar ZenithOptimedia menunjukkan pertumbuhan iklan global untuk internet dalam kurun 2012-2015 melaju paling signifikan. Dengan kontribusi lebih dari USD 46 juta. Media internet menjadi penyumbang terbesar dalam pertumbuhan belanja iklan global, melesat di atas televisi (25,2 juta dolar AS), koran (6,4 juta), media luar ruang (5,5 juta), majalah (3 juta), dan radio (2,6 juta).


Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) memproyeksikan total belanja iklan selama semester I-2013 mencapai Rp 62 triliun. Jumlah itu setara 50% dari target belanja iklan tahun ini sebesar Rp 124 triliun. Dari sisi jenis media, belanja iklan tahun ini didominasi oleh televisi yang meraup 65 sampai 66 persen dari total belanja iklan. Surat kabar mendapat 28 sampai 30 persen. Sisanya terbagi untuk radio, majalah, dan internet. Iklan digital hanya sebesar tiga persen dari total belanja.


“Perebutan kue iklan di internet yang hanya sebesar tiga persen dari total belanja iklan nasional tidak hanya terjadi antara media daring, juga dengan perusahaan-perusahaan global sekelas Google, Facebook dan Yahoo,” katanya.


Baca juga:


Anything.ID akhirnya resmi diluncurkan


Ini profil pengguna internet Indonesia saat ini


APJII minta ISP diberi insentif dan kemudahan




Topik pilihan:


banjir jakarta | Presiden SBY | Jokowi ahok | Behind The Scene | Wanita merdeka


Sumber: Merdeka.com



Source: http://ift.tt/1eUrGwa






via HeniPutra.Net http://ift.tt/1i0CNbN

0 Response to "AJI: Bisnis internet harus untungkan konten lokal"

Posting Komentar

Bagaimana menurut kamu??? hmmmmmmmm @_^;