Ketika Zac Aghion pertama kali mempresentasikan idenya untuk membuat alat uji dan analitik A/B multi-varian berbahasa Mandarin, banyak investor yang dengan cepat menolak.
“Tidak ada yang mau menanamkan investasi pada entrepreneur yang belum berpengalaman yang membawakan presentasi PowerPoint,” kata Zac.
Dengan latar belakang pendidikan ekonomi dan pemasaran, Aghion tidak menguasai keahlian teknis yang diperlukan untuk membangun produk yang telah terkonsep di presentasinya. Sebaliknya, ia menemukan perusahan internasional yang berbasis di India dan Amsterdam dan mulai melokalisasi produk pengujian A/B mereka selama tinggal di China. Tapi untuk membuat mimpi sebagai entrepreneur tetap hidup, ia mendaftar ke China Axlr8r, salah satu inkubator ternama di negara tersebut, dengan harapan ia dapat diterima di sana.
Secara mengejutkan, inkubator ini menerimanya. Setelah berpikir lama, Aghion melepaskan pekerjaan yang ia lakukan untuk perusahaan-perusahaan yang lain dan terjun ke dunia entrepreneurship hanya berbekal ide dan karismanya.
Enam bulan kemudian, Splitforce muncul sebagai salah satu lulusan yang menjanjikan dari China Axlr8r. Ia membuat beberapa pivot kecil – para mentor meyakinkannya untuk membuat alat uji internasional untuk mobile, daripada membuat alat berbahasa Mandarin untuk web. Salah satu mentornya adalah Steven Price, founder Ikura Media, yang bersama dengan China Axlr8r menanamkan investasi di Splitforce dan menjadi pimpinan teknisi perusahaan ini.
Bahkan sebelum ia melengkapi MVP-nya dan keluar China Axlr8r, ia mendapat klien pertamanya: Pandabus, aplikasi yang membantu menemukan dan melacak bus terdekat sehingga Anda hanya menghabiskan sedikit waktu untuk menunggu dan mencari tahu bus mana yang harus ditumpangi. Aplikasi ini beroperasi di 300 kota di seluruh China.
Sebelum tinggal di China, Aghion bekerja di situs video online bernama iReel di Amerika. Ia menggunakan pengetahuan yang didapatnya tentang analitik big data dan pelanggan untuk menciptakan sebuah alat yang dapat menguji dan menganalisis varian yang berbeda – warna tombol atau font teks – secara bersamaan saat aplikasi atau game sedang digunakan oleh pelanggan.
Splitforce menggunakan jenis hitungan matematis yang sama yang digunakan untuk menciptakan Sudoku untuk mencari kombinasi yang paling efektif dari varian-varian ini tanpa mengujinya satu-persatu. Aghion mengatakan jika ada 1.000 kombinasi, maka, hanya sekitar 20 yang perlu diuji untuk menemukan yang mana yang paling bagus.
Alat pengujian A/B menjadi lebih umum dan lebih murah dalam beberapa bulan terakhir. Amazon dan Adobe merilis produk yang sama bulan lalu.
“Kami telah membuat progress sangat cepat, dan sekarang kami mulai melihat bahwa persaingannya menjadi ketat,” kata Aghion.
Perusahaan yang penting bagi Splitforce adalah Unity, mesin game 3D gratis yang populer di kalangan dua juta developer game mobile di seluruh dunia. Aghion bekerja dengan Unity, yang telah diabaikan oleh perusahaan pengujian A/B lainnya. Meski Splitforce juga bekerjasama dengan iOS, Unity adalah cross-platform, yang bisa digunakan di konsol game modern, browser mobile, OS mobile ternama, aplikasi Facebook, Linux, dan banyak lagi.
Unity menawarkan layanan lokalisasi dan distribusi value-added. Perusahaan ini bekerjasama dengan perusahaan telekomunikasi China dan 91 Wireless – toko aplikasi milik Baidu – untuk meningkatkan penggunaan di China. Mereka juga mulai meluncurkan pusat pelatihan untuk developer mobile. Aghion mengatakan orang-orang China “tidak mau membayar untuk software, tapi mereka akan membayar untuk pendidikan.” Setelah Splitforce medapat lebih banyak pengguna, ia ingin bekerjasama dengan Unity untuk mengimplementasikan Splitforce dan pengujian A/B di program-program tersebut.
Disamping Unity, Splitforce juga dapat melakukan eksperimen lokal yang akan memeriksa pengaturan bahasa dan lokasi pengguna handphone dan menyesuaikan tes.
Splitforce menggunakan sistem harga bertingkat berdasarkan pengguna harian dan volume data, dan menggratiskan 1.000 pengguna untuk uji coba.
Kedepannya, Aghion mengatakan dirinya akan kembali ke rencana awalnya untuk membuat versi bahasa Mandarin dan juga Android. Ia saat ini sedang mencari pendanaan, dimana 25 persennya sudah terpenuhi.
Post Splitforce: dari PowerPoint hingga menjadi produk dalam enam minggu muncul terlebih dahulu di Tech in Asia Indonesia.
via HeniPutra.Net http://heniputra.net/splitforce-dari-powerpoint-hingga-menjadi-produk-dalam-enam-minggu.html
0 Response to "Splitforce: dari PowerPoint hingga menjadi produk dalam enam minggu"
Posting Komentar
Bagaimana menurut kamu??? hmmmmmmmm @_^;