Oleh: Niswatin Rusita, Guru di Malang
P |
erhelatan besar telah digelar di berbagai kota besar di Indonesia, Muktamar Khilafah (MK) 1434 H. Siapapun yang menghadirinya akan dipenuhi dengan berbagai perasaan. Air mata bercucuran sambil mengibarkan ar-roya dan al-liwa, membayangkan kemenangan yang dijanjikan.
Sengatan matahari yang langsung terarah terutama bagi peserta yang menghadap terbitnya sang mentari tak dihiraukan. Bukan tidak terasa panas tetapi sudah tertutupi dengan membuncahnya perasaan haru. Kantuk yang semestinya ada karena mulai dari tengah malam atau bahkan sebelum tengah malam sudah bersiap-siap berangkat menuju tempat MK tak sedikitpun terasakan. Mata terbelalak melihat antusiasme para peserta lain yang datang dari tempat yang jauh. Subhanallah, ini hanya sebagian perasaan dari yang hadir pada para peserta MK 1434 H.
Tak bisa dipungkiri penyelenggaraan MK menuntut pengorbanan yang besar. Membutuhkan biaya yang tak sedikit, dan curahan tenaga serta pikiran yang juga besar. Yang tidak kalah urgen adalah memahamkan umat akan pentingnya keikutsertaan mereka dalam perhelatan besar (MK), – dengan menyadarkan mereka akan kondisi buruk yang menimpa umat Islam di seluruh dunia dan solusi untuk keluar dari masalah tersebut.
Umat yang telah menghadiri MK diharapkan bisa tercerahkan lewat paparan materi dari pembicara terutama pidato politik oleh Ketua Hizbut Tahrir Indonesia. Rangkaian acara MK sedikit demi sedikit membakar jiwa peserta. Panas yag dialirkan dari para pembicara yang diselingi teatrikal yang menggugah dibarengi pekikan takbir akan menjadikan ‘bara’ tersendiri bagi peserta MK. Bagi mereka (umat) yang belum masuk dalam barisan pejuang syariah dan khilafah ‘bara MK’ diharapkan menjadi jalan baginya untuk segera menggabungkan diri dengan para pejuang syariah dan khilafah. Bagi yang sudah berada di dalam barisan pejuang ‘bara MK’ akan semakin mengokohkan azam mereka untuk tetap berjuang hingga Allah yang Maha Kuasa menurunkan nushrohnya dengan tegaknya Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwah yang kedua.
Muktamar Khilafah 1343 H telah usai. Yang diharapkan tidak lain adalah bahwa ‘bara MK’ akan terus menyala. Namun ‘bara MK’ ini akan sedikit demi sedikit padam bila tidak ada ‘kipas’ (baca; aktivitas atau gerak dakwah) yang yang selalu mengarah pada ‘bara’ itu atau diarahkan kepadanya. Karena itu mestilah ada upaya yang sungguh-sungguh dan terencana bukan hanya untuk tetap memelihara ‘bara MK’ ini melainkan agar bisa membuatnya berkobar hingga mampu dirasakan oleh orang-orang yang belum tersadarkan akan wajibnya ikut menegakkan khilafah.
Agar ‘bara MK’ tetap menyala diperlukan, pertama, bagi para pejuang, senantiasa menambah tsaqafah yang dimiliki sebagai bekal berdakwah. Kedua, dalam jamaah, adanya mekanisme kontrol secara bijak, ditumbuhsuburkannnya budaya untuk saling menyemangati, mendorong, mengisi dan mengingatkan diantara para pejuang. Ketiga, meng ‘hadhanah’ umat dengan sebaik-baiknya pada mereka yang sudah tergerak untuk ikut berjuang. Keempat, senantiasa berinteraksi dengan umat baik interaksi personal maupun lewat tastqif jama’i dengan memilih dan memikirkan uslub yang tepat. Kelima, ‘memantaskan’ diri untuk mendapat pertolongan Allah dengan senantiasa meningkatkan taqarrub kepada Allah, Zat Yang tidak pernah menyia-nyiakan kebaikan hamba-Nya.
Bergeraklah, teruslah bergerak wahai pejuang syariah dan khilafah. Kita songsong pertolongan Allah, dengan tegaknya Khilafah Rasyidah yang kedua dan semoga melalui tangan kita.
Source: http://mediaumat.com/opini/4958–agar-bara-muktamar-khilafah-tidak-padam-hingga-khilafah-tegak.html
0 Response to "Agar “Bara Muktamar Khilafah” Tidak Padam Hingga Khilafah Tegak"
Posting Komentar
Bagaimana menurut kamu??? hmmmmmmmm @_^;