Berita Suriah
Ahad 16 Syaaban 1435 / 15 Juni 2014 15:17
MERSIN merupakan salah satu kota di bagian selatan Turki, tepatnya di Provinsi Turki. Kota ini dikenal sebagai kota wisata dengan keindahan pantai dan laut Mediterania membentang dihadapannya, yang menarik banyak wisatawan mancanegara untuk datang mengunjunginya.
Kota yang memiliki luas wilayah 1.772 km2 ini dihuni oleh lebih dari 900.000 penduduk pada tahun 2010. Tiga jam perjalanan kami tempuh dari Anthakiya ke kota ini dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Konflik yang terjadi di Suriah antara pemerintah rezim dan rakyatnya menimbulkan banyak korban dari pihak rakyat Suriah. Memasuki tahun keempat tragedi ini, ratusan ribu orang telah tewas ditangan tentara rezim dan jutaan lainnya dipaksa mengungsi meninggalkan kampung halamannya.
Negara-negara tetangga menjadi tujuan pelarian mereka, seperti Yordania, Libanon, Iran dan tentu saja Turki. Bahkan penulis mendapatkan para pengungsi ini hingga kenegara Asia, Thailand dan Malaysia. Allaahul Musta’aan.
Kedatangan kami tim 11 Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) ke kota Mersin, Turki, kali ini tidak lain melanjutkan misi medis yang kami emban. Setelah sebelumnya kami bertugas di Rumah Sakit Lapangan (RSL) Salma. Sebagai lembaga kemanusiaan medis, program HASI tidak jauh dari penanganan medis dan pengadaan sarana dan prasarana medis yang dibutuhkan korban konflik.
Maka kami membuat Rumah Sakit ataupun Poliklinik, memenuhi kebutuhan obat-obatan bagi rakyat Suriah atau seperti yang sudah kami laporkan sebelumnya (Lihat berita Poliklinik Kensabba, Yamadhiya, Hambusyiah).
Dan di Kota Mersin ini, kami mendapati ada sebuah poliklinik yang baru beroperasi dua bulan. Mendapat bantuan dana dari kaum muslimin di Inggris, hingga mampu menyewa ruko tiga lantai untuk disulap menjadi ruang praktek kedokteran.
Hanya dalam perjalanannya yang bahkan belum seumur jagung, bantuan ini mulai tersendat, alasan klasik; dikhawatirkan dana bantuan umat islam untuk saudaranya tersebut digunakan untuk membantu aksi-aksi terorisme; laahaula walaa quwwata illaa billaah.
Maka kami mendatangi mereka untuk ikut meringankan beban operasional yang cukup besar ditanggung oleh mereka.
Poliklinik Mersin ini menangani lebih dari 300 ribuan rakyat Suriah yang mengungsi, melayani dan mengobati mereka dengan cuma-cuma alias gratis. Setiap harinya tidak kurang dari 150 orang datang untuk berobat, tentu jumlah yang tidak sedikit untuk memberikan pelayanan gratis kepada mereka. Klinik ini dilengkapi tiga tenaga dokter spesialis, spesialis penyakit dalam, spesialis anak dan spesialis gigi serta tujuh orang perawat.
Kebutuhan yang harus mereka tanggung setiap bulannya mencapai angka 25.000 USD. Angka yang tidak terlalu besar untuk sebuah operasional rumah sakit mungkin, tapi sangat besar bagi satu kaum yang terlantar.
Saat ini semua rakyat Suriah sedang dalam keadaan membutuhkan, keluarnya mereka dari tanah kelahirannya secara paksa, kehilangan sanak keluarga dan kerabat yang dicinta, raibnya semua harta benda yang mereka miliki dan harus memulai hidup dari nol dalam keadaan tidak pasti, membuat mereka menjadi satu kaum yang amat memerlukan bantuan dari saudaranya.
Konflik yang belum kelihatan akhirnya ini membuat kondisi mereka juga tidak dapat diprediksikan kedepannya. 300 ribu rakyat Suriah yang ada di Mersin adalah sebuah angka yang cukup untuk membangun sebuah kota, menghidupi dirinya sendiri dan memakmurkan negerinya.
Tapi apa daya, tempat tinggal mereka saat ini bukanlah tanah airnya, yang dapat dengan mudah mengurus keperluan administrasinya. Status mereka saat ini adalah sebagai pengungsi yang sangat terbatas untuk dapat mensejahterakan hidupnya.
Bantuan apapun yang kita berikan kepada mereka, sungguh amat bernilai bagi mereka. Maka jangan pernah berhenti untuk membantu mereka, karena itu merupakan tanggungjawab kita sebagai saudara sesame muslim. Semoga Allah segera memberikan jalan keluar bagi mereka, dan agar Allah tetapkan atas mereka petunjuk-Nya. Amin. Asr/HASI
Lebih Baik Mereka Mati daripada Terlantar
Saat kami tim 11 Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) berkunjung ke sebuah Poliklinik di Mersin, Turki. Kami disambut oleh dokter Thariq Abu Ahmad, direktur Klinik tersebut. Seorang warga negara asli Suriah.
Dengan menggunakan bahasa Arab fashih beliau menyampaikan ucapan terimakasih atas kedatangan kami, tim medis Indonesia. Sebuah ungkapan penuh kebanggaan karena kedatangan saudara jauh, muslim Indonesia. Rasa syukur yang muncul karena bahagia, ternyata dari negeri nun jauh disana, masih ada yang mau peduli dengan keadaan saudara Suriahnya.
Thariq menceritakan bahwa rakyat Suriah yang melarikan diri dari kekejaman rezim Asad dikota ini mencapai 300 ribu, bahkan hampir mencapai 400 ribu, karena gelombang pengungsi dari Suriah setiap hari semakin bertambah.
Dan kebutuhan mereka setiap harinya harus diperhatikan karena keberadaan mereka di negara Turki tidak sebebas ketika berada dinegeri sendiri, semua serba terbatas dan memiliki toleransi waktu. Sedangkan mengelola jumlah manusia ratusan ribu tanpa ada sumber pemasukan yang pasti bukanlah perkara ringan.
“Lebih baik kami melihat mereka (para pengungsi.red) mati daripada mereka telantar dan kehilangan jiwanya sebagai manusia. Maka perlu ada yang memperhatikan mereka dari sisi ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Jika mereka mati selesai perkaranya, tapi jika mereka hidup, maka setiap kita bertanggungjawab untuk menghilangkan kesusahannya.” Ujar Thariq tegas. “Dan usaha kami mendirikan poliklinik ini dalam rangka mengambil salah satu peran tadi (yaitu pelayanan kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan mereka. Maka kami memberikan pelayanan seratus persen gratis untuk mereka.” Lanjutnya.
Banyaknya para pengungsi yang ada di kota ini dan minimnya fasilitas kesehatan untuk mereka membuat klinik ini kebanjiran pasien. Setiap harinya lebih dari 150 pasien mengantri untuk mendapat pelayanan medis gratis. Tiga Poli yang mereka miliki, yaitu Poli Penyakit Dalam, Poli Gigi dan Poli Anak, tentu tidak dapat memenuhi perawatan kesehatan semua pasien yang datang, salah satu penyebabnya adalah karena terbatasnya bantuan yang mereka miliki.
Dana pembangunan Poliklinik ini awalnya disuplai penuh oleh sebuah LSM dari Inggris bernama Lifeline Help. Sebuah LSM yang bergerak dalam bidang kemanusiaan dan medis, banyak bantuan yang sudah disalurkan lembaga ini untuk para pengungsi Suriah, tapi entah mengapa belakangan bantuan ini agak tersendat untuk poliklinik ini. Sehingga tim medis Poliklinik ini memutuskan untuk membatasi dokter-dokter spesialis selain untuk menekan anggaran, juga memaksimalkan peran paramedis yang sudah ada.
Ketika kami tanyakan tentang dokter wanita atau bidan beliau menjawab, “Sudah ada dokter wanita yang kami miliki, tapi belum bisa kami pekerjakan di poliklinik ini karena keterbatasan dana yang kami miliki untuk menggajinya, kami fokuskan maksimalisasi poli yang ada daripada menambah poli yang justru akan menambah beban kami dan membuat pekerjaan lain berantakan.”
Poliklinik Mersin ini hanya memiliki tiga dokter spesialis, lima perawat, satu petugas keamanan dan dua petugas kebersihan. Sebelas orang inilah yang bekerja untuk mengurusi rakyat Suriah yang datang untuk mengeluhkan kesehatan mereka. Pengeluaran yang diperlukan untuk mereka setiap bulannya mencapai 7000 USD.
Adapun keperluan lain bagi Poliklinik ini, diperlukan 12000 USD untuk obat-obatan, 1500 USD untuk listrik, 1200 USD untuk sewa ruko dan lainnya hingga sampai 25000 USD. Donasi cukup besar yang harus mereka penuhi setiap bulannya memerlukan perhatian lebih dari kita semua, sebagai saudara sesama mukmin.
Semoga Allah mudahkan urusan mereka dan mudahkan kita semua untuk membantu mereka. Kedatangan perdana kami ini hanya mampu membantu mereka dengan jumlah yang tidak seberapa, tapi semoga mendapat keberkahan dari Allah sehingga dapat memenuhi sebagian kebutuhan primer mereka. Amin. [Ashar/Hasi]
Redaktur: Pizaro
Source: http://ift.tt/1qPdfzQ
Category: frontpage
0 Response to "Mersin, Kota Pengungsi Suriah"
Posting Komentar
Bagaimana menurut kamu??? hmmmmmmmm @_^;