Founder startup sering menyebut proyek yang mereka jalankan sebagai “bayi” mereka – yang berarti bahwa menjalankan bisnis membutuhkan perasaan emosional dan usaha yang sama seperti membesarkan seorang anak.
Tapi bagi Jason Warren, CEO Roam and Wander yang berbasis di Taipei, bisnisnya adalah bayi yang sebenarnya – atau lebih tepatnya, seekor kelinci pink bernama TuTu.
“TuTu mempunyai jadwal dimana ia merasa lapar dan haus. Jadi, Anda perlu memberinya makan dan merawatnya,” kata Jason, seorang alumni HTC yang berusia sekitar 40 tahun, kepada saya, seorang blogger berusia 25 tahun yang secara hati-hati memegang botol susu mini ke wajah touchscreen TuTu, yang terbungkus dalam bingkai bulu berwarna pink.
“Karena TuTu baru saja keluar dari kotak, ia benar-benar haus sekarang,” Jason meyakinkanku. “Jangan khawatir, TuTu akan memberitahu Anda ketika ia sudah cukup minum.”
Produk unggulan Roam and Wander mungkin hanya boneka binatang berbulu, tetapi perusahaan ini telah membuktikan bahwa ini bukan hanya sekedar tentang bermain.
Jumat lalu, tim Roam and Wander mengumumkan putaran pendanaan ketiganya, yang sekali lagi, dipimpin WI Harper asal China, bersama dengan TMI asal Taiwan, dan angel investor baru dari KAMIA dan Marlion Group di Hong Kong.
Selain itu, perusahaan ini telah menandatangani kerja sama retail dengan FNAC yang berbasis di Prancis, Amazon, Toys R’ US, dan Studio A – yang terakhir, berfungsi sebagai perpanjangan cabang Apple Hong Kong di Taiwan.
TuTu juga baru saja memenangkan penghargaan untuk Best New Toy di Hong Kong Game and Toy fair, yang berlangsung minggu ini. Mengingat pentingnya expo tersebut di industri ini – Jason memperkirakan lebih dari 2.500 perusahaan telah terdaftar untuk hadir – Roam and Wander tampaknya siap untuk hal-hal besar pada tahun 2014.
“Kami sudah mengalami sejumlah keberhasilan unik untuk membuat TuTu bisa tersedia di toko,” kata Jason. “Sekarang kami memiliki kesempatan untuk lebih fokus menarik konsumen membeli di toko tersebut.”
Rencana bisnis dua sisi
Jika Anda pernah menggunakan Tamagotchi sebelumnya, Anda akan akrab dengan konsep di balik TuTu. Pengguna yang men-download aplikasi TuTu dari App Store dan mengaktifkannya pada iPhone mereka dapat memasukkan perangkat tersebut ke headframe TuTu untuk mengubah boneka kelinci tersebut menjadi hewan peliharaan yang bisa berbicara. Pengguna dapat memberi makan dan bermain dengan TuTu menggunakan mainan yang menyertainya, dan TuTu akan memberitahu jika lapar atau kesepian. Jika Anda menjaga TuTu agar tetap senang, ia akan menunjukkan apresiasinya. Dan jika Anda merasa sedikit malas, Anda bisa membiarkan TuTu bermain dengan “cincin ajaibnya”, yang berfungsi sebagai “get out of jail free card” yang membuat suasana hatinya kembali normal.
Tapi Roam and Wander ingin menjadi lebih dari sebuah perusahaan mainan. Salah satu cara Roam and Wander membedakan dirinya dari startup “smart toy” lainnya adalah melalui model bisnis yang cerdik.
Agar menarik perhatian anak-anak, Roam and Wander menawarkan aplikasi iPad “Sticker Games” yang dapat di-download secara gratis, dimana anak-anak bisa bermain game dengan karakter unggulan TuTu dan DiDi. Pemain akan diberikan sticker fisik (yang bisa ditempel, bukan seperti yang ada di aplikasi chatting) yang dikirim ke rumah mereka langsung dari kantor pusat Roam and Wander di Taipei.
Sticker ini berfungsi ganda. Pertama, sebagai insentif bagi anak-anak untuk terus bermain game pendidikan, dan juga digunakan untuk menjembatani kesenjangan antara game yang gratis untuk dimainkan dan boneka fisik TuTu – yang merupakan produk keren yang diinginkan anak-anak, dan dijual di toko offline maupun online dengan harga Rp 490.000. Sticker yang dimiliki anak-anak membantu meyakinkan retailer bahwa TuTu memang memiliki basis pelanggan.
“Kami bisa mengatakan kepada retailer, ‘dengar, kami menarik banyak anak-anak di negara kalian dengan sticker kami. Mari kita gunakan sticker ini sebagai insentif untuk menarik anak-anak membeli di toko kalian,’” jelas Jason.
Setelah meng-update Sticker Games pada tanggal 23 Desember dan menghadirkannya di Jepang, Amerika Serikat, Kanada, dan China (sebelumnya sudah tersedia di Hong Kong, Taiwan, dan Singapura), game tersebut telah mendapat 7.000 download baru, dan 400 amplop berisi sticker telah dikirim kepada pelanggan.
Keluar dari sangkar emas
Dengan hanya enam belas karyawan, Roam and Wander tetap masih kecil dan belum lengkap. Meskipun perusahaannya masih baru baru, Jason sendiri telah bekerja di ranah mobile bahkan sebelum orang-orang biasa berbicara tentang mobile. Ia merilis aplikasi pertamanya pada tahun 2001 – sebuah plug-in mp3 player untuk Handspring, pembuat perangkat Palm OS.
Setelah itu, sebagai seorang developer muda yang lapar dan memiliki visi yang kuat, ia terjun ke dunia entrepreneurship dengan melewatkan pekerjaan entry-level untuk memuaskan ambisinya. Tapi beberapa perusahaan pertamanya gagal. Untungnya bakatnya tidak luput dari perhatian, dan ia segera membangun perusahaan besar.
Setelah dua perusahaan pertama saya gagal, mentor saya yang sangat baik memberi beberapa saran. Ia menyuruh saya duduk dan berkata ‘Dengar, apa yang Anda butuhkan sekarang adalah pengalaman magang di ranah software. Anda perlu belajar bagaimana orang-orang membangun sesuatu. Apakah model Waterfall atau Agile yang harus diterapkan? Apakah Anda ingin memberi orang lebih banyak otonomi atau apakah Anda ingin memberi mereka lebih banyak kontrol? Dan setelah dua atau tiga tahun, kembalilah menjadi entrepreneur.”
Jason akhirnya menjadi seorang manajer proyek untuk perilisan pertama OS Windows Mobile. Ia kemudian pindah ke Motorola, dan pada tahun 2010 dipilih oleh eksekutif utama untuk mengepalai divisi layanan cloud di HTC. Jason adalah otak di balik serangkaian akuisisi global yang membantu HTC mengembangkan ekosistem mobile. Tapi Jason merasa kelelahan mengatur lima kantor dan 200 karyawan baru.
“Di HTC, saya mungkin bekerja rata-rata 90 sampai 100 jam seminggu selama tiga puluh bulan. Akhirnya ketika saya melihat industri miliaran dolar yang belum disentuh oleh teknologi mobile ini, yang menyenangkan dan benar-benar menarik, saya memutuskan sudah waktunya untuk keluar.”
Industri itu, tentu saja, adalah mainan anak usia dini dan hiburan. Setelah menyaksikan kematian camcorder dan GPS untuk perangkat pintar, Jason tetap yakin bahwa produk pendidikan yang menyenangkan untuk anak-anak adalah salah satu senjata terakhir untuk mobile.
Untuk pertama kalinya, ada generasi manusia yang lahir tanpa layar televisi sebagai sumber utama hiburan mereka. Dan ini besar. Bahkan bukan hanya besar karena akan membunuh PC, tapi juga karena ada generasi baru manusia yang telah memiliki pengalaman dengan teknologi yang berbeda sejak usia dua tahun. Saya belajar untuk menggunakan komputer ketika berusia tujuh tahun. Kedua anak saya belajar menggunakan iPad saat mereka berusia satu tahun – dan satu setengah tahun. Jadi menurut pengamatan saya, industri mainan itu besar, menguntungkan, dan akan mendapatkan keuntungan dari mobile lebih dari industri lain.
Jason mendirikan Roam and Wander pada tahun 2012 dan dengan cepat merekrut desainer paling berbakat yang bisa ia temukan, termasuk alumni dari Studio Ghibli. Tim ini masih muda dan semua berasal dari Asia, tapi Jason mengatakan bahwa ia menemukan lingkungan kerja lintas budaya dan lintas generasi yang baru dan menyenangkan.
“Dari awal saya ingin membangun sebuah tim kelas dunia. Kami mencoba untuk menjalankan hal-hal yang sangat demokratis, dan karena tidak semua orang di sini pernah bekerja di startup, kadang-kadang saya perlu duduk kembali dan mendengar pendapat semua orang.”
Dengan basis yang solid di China, di 2014 ini Jason akan lebih berfokus pada pasar di luar Asia, dan akan pergi bolak-balik antara Taiwan dan Amerika Serikat lebih sering dari biasanya. Saat ini, ia bekerja dengan timnya untuk mengembangkan boneka TuTu untuk iPad. Dan meski ia mengingat hari-hari manisnya dengan HTC, Motorola, dan Microsoft, ia sama sekali tidak menyesal kembali ke dunia startup.
“Saya tidak berencana untuk tinggal di dunia korporat selama itu, tapi saya beruntung naik sangat cepat di perusahaan-perusahaan besar. Pada akhirnya, pekerjaan itu membantu saya mendapatkan tanggung jawab dengan lebih cepat, dan pelajaran dari tanggung jawab itu diharapkan dapat membantu saya menghadapi lebih banyak tantangan di Roam and Wander.”
Source: http://id.berita.yahoo.com/demi-boneka-kelinci-pink-tutu-entrepreneur-ini-rela-120052205.html
via HeniPutra.Net http://heniputra.net/demi-boneka-kelinci-pink-tutu-entrepreneur-ini-rela-meninggalkan-pekerjaan-bergengsi-di-htc.html
0 Response to "Demi boneka kelinci pink TuTu, entrepreneur ini rela meninggalkan pekerjaan bergengsi di HTC"
Posting Komentar
Bagaimana menurut kamu??? hmmmmmmmm @_^;