Menatap 2011 yang Penuh Konflik

Selama tahun ini,banyak negara berjuang untuk keluar dari krisis ekonomi. Sebagian lain masih berjibaku dengan isu-isu terorisme, konflik,dan budaya.Kondisi ini tampaknya belum akan membaik hingga tahun depan.


Pada 2011, masalah yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia semakin rumit. Pasalnya, masalah ini melibatkan elemen-elemen baru dan kepentingan-kepentingan terselubung. Tahun depan, negara-negara kuat, seperti Amerika Serikat (AS),masih menghadapi rumitnya konflik di Irak dan Afghanistan.Tentara AS yang keberadaannya terus ditarik mundur di Irak membuat negara tersebut harus bertanggung jawab atas keamanan dan pemerintahannya sendiri. Apalagi dengan disetujuinya pemerintahan baru Irak di bawah kepemimpinan Perdana Menteri (PM) Nuri al-Maliki. Tentu saja,pemerintahan Maliki harus mulai membangun fondasi baru yang kuat untuk stabilitas negaranya.

Irak belum sepenuhnya lepas dari pendudukan AS, tapi lambat laun harus memulihkan keamanan dalam negeri dari rongrongan berbagai kelompok milisi bersenjata. Setelah pemerintahan Presiden Irak Saddam Hussein terguling melalui invasi AS pada 2003,sektor perminyakan negara itu diperebutkan banyak perusahaan asing.Terbentuknya kabinet baru,termasuk menteri perminyakan yang baru, diperkirakan akan mendongkrak kembali produksi minyak Irak. Negara yang pendapatan utamanya berasal dari minyak itu akan mulai bangkit kembali dengan keuntungan dari emas hitam tersebut. Sementara itu, di Afghanistan, perang yang dicanangkan AS di sana pun kian menjadi sorotan internasional.

AS telah menambah 30.000 pasukan di Afghanistan.Penambahan pasukan ini tentu turut mempengaruhi geopolitik kawasan tersebut. Penambahan pasukan AS di Afghanistan itu pun harus dibarengi langkah Paman Sam mengurangi pengaruh Pakistan di Kabul. Laporan intelijen AS mengatakan, penghalang terbesar stabilitas Afghanistan berada di Pakistan. Laporan itu menggambarkan kondisi yang membuat Taliban dan pasukan milisi lain bergerak bebas di sepanjang perbatasan Pakistan. Kebebasan itu membuat Taliban memiliki peluang besar untuk menyerang pasukan AS dan melucuti truk-truk yang menyuplai kebutuhan tentara Paman Sam di Afghanistan.

Isu lama itu menyebutkan,militer AS tidak akan mengalami kemajuan di Afghanistan hingga Pakistan memerangi Taliban dan pasukan milisi lainnya. Pembiaran Pakistan terhadap aktivitas milisi Taliban di perbatasannya,tampaknya akan terus terjadi pada 2011. Sementara itu, di salah satu sudut Afrika di Pantai Gading, konflik berdarah diperkirakan terus terjadi pada 2011.Berbagai kelompok bersenjata bebas berkeliaran di Pantai Gading dan menebar teror pascapemilu. Mereka semakin beringas dengan adanya pertikaian politik usai pesta demokrasi. Dua rival politik di Pantai Gading saling menebar ancaman. Alassane Ouattara, yang menang pemilu bulan lalu dan mengalahkan incumbent Presiden Laurent Gbagbo,menyerukan pendukungnya untuk menduduki kantor pusat TV negara di Abidjan,ibu kota Pantai Gading.

Perang sipil di Pantai Gading diperkirakan terus terjadi. Konflik sipil tersebut akan memakan korban jiwa lebih banyak jika pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ternyata mandul alias tidak bisa menjaga stabilitas di negara tersebut. Jika konflik ini terus berlarut-larut, Pantai Gading terancam menjadi negara yang gagal. Konflik juga kian memanas di Semenanjung Korea pada 2011. Korea Utara (Korut) akan terus menebar ancaman dan serangan pada tahun depan.Sementara Korea Selatan (Korsel) pun semakin hilang kesabaran untuk terus bersikap lunak.Korsel mulai menunjukkan keberanian menghadapi Korut dengan menggelar sejumlah latihan penambakan peluru aktif. Latihan perang semacam itu jelas memanas- manasi kemarahan Korut yang sejak awal memang menyerukan peperangan dengan Korsel.

“Dalam retorika, ini sesuatu yang telah kami dengar sebelumnya. Namun, tidak diragukan lagi bahwa di sana dalam situasi paling berbahaya di semenanjung Korea dalam beberapa dekade,” papar Alastair Newton, mantan diplomat Inggris dan pejabat senior Kantor Kabinet Inggris. Seoul jelas tidak ingin penyerangan artileri Korut pada23 November yang menewaskan empat warga Korsel,terulangkembali.Karenaitu, pemerintah Korsel saat ini sedang menunjukkan nyalinya untuk menghadapi Korut. Jika unjuk nyali ini ditanggapi Korut,tidak dipungkiri, perang Korea akan terjadi lagi.

Sementara itu, keberadaan WikiLeaks turut memberi warna baru bagi konflik-konflik politik global. Keterbukaan informasi yang diusung WikiLeaks membuat masyarakat internasional semakin terbuka matanya melihat berbagai hal di balik fakta yang tampak. Ratusan ribu kawat diplomatik AS yang sifatnya rahasia, dibocorkan WikiLeaks.Hal ini tentu membuat dunia terkejut tentang berbagai pandangan diplomat Paman Sam terhadap negara-negara di dunia. Gerak aktif Iran meluaskan pengaruh di Timur Tengah diperkirakan terus terjadi pada 2011. Ini seiring proses negosiasi terkait program nuklirnya dengan kekuatan dunia. Menguatnya pengaruh Iran di Timur Tengah akan menambah daya tawar Teheran dalam berbagai proses negosiasi internasional.

Sementara itu,proses negosiasi perdamaian antara Israel dan Palestina tampaknya akan terus buntu pada 2011.Proses negosiasi langsung yang dicanangkan AS pada 2010 ternyata gagal akibat penolakan Israel menghentikan konstruksi permukiman Yahudi di tanah Palestina. Otoritas Palestina menolak meneruskan negosiasi langsung jika Israel terus membangun permukiman Yahudi. Berbagai isu itulah yang tampaknya paling mewarnai situasi dunia pada 2011. Berbagai konflik dan tarik-menarik kepentingan antarbangsa akan terus membentuk tata dunia baru. Tentunya, tidak ada yang tahu pasti, apakah tata dunia baru tersebut akan lebih buruk atau lebih baik. seputar-indonesia.com

1 Response to "Menatap 2011 yang Penuh Konflik"

Bagaimana menurut kamu??? hmmmmmmmm @_^;